Klaim: Arkeolog menemukan tulisan “Allah” dan “Ali” pada pakaian pemakaman Viking.
Pakar dari Universitas Uppsala di Swedia membuat penemuan tersebut setelah berupaya menciptakan kembali pola tekstil yang ditemukan di pita anyaman Viking. Mereka menemukan bahwa benda-benda itu, yang digunakan sebagai inspirasi untuk pameran Viking Couture di Museum Enköping, berisi karakter Kufik, bukan pola Viking tradisional seperti yang telah diasumsikan.
Annika Larsson, peneliti arkeologi tekstil di Departemen Arkeologi dan Sejarah Kuno di Universitas Uppsala, mengatakan: “Ini adalah sesuatu yang mengejutkan bahwa pita-pita, seperti kostumnya, dibuat di sebelah barat jantung Muslim.
Temuan ini terjadi ketika Larsson dan timya tengah membuat kembali pola pada pakaian penguburan untuk pameran Viking “Viking Couture” di Museum Enköping di Swedia.
Dia sempat kelimpungan memahami arti dari kedua tulisan tersebut. Namun, dia ingat pernah melihat pola serupa pada tekstil Moor dari Spanyol. Sebagai informasi, Moor merupakan orang muslim di zaman petengahan yang hidup di semenanjung Iberia yang kini berada di wilayah Spanyol dan Portugis.
Bagi tim arkeolog, menguraikan aksara “Ali” relatif lebih mudah. Sebab, tulisan “Allah” pada pakaian terbalik dan baru bisa dibaca ketika dipantulkan pada kaca.
Diragukan
ANALISIS
Periset dari Swedia menjadi berita utama pada Oktober 2017 setelah mengklaim menemukan karakter tulisan Arab dengan kata “Allah” dan “Ali” yang ditenun menjadi pakaian pemakaman Viking. Penemuan tersebut menyimpulkan adanya hubungan budaya yang lebih dekat antara bangsa Viking dan dunia Arab, tetapi beberapa ahli lain meragukan dan mempertanyakan klaim tersebut.
Klaim itu berasal dari riset yang dilakukan oleh Annika Larsson, seorang arkeolog tekstil di Universitas Uppsala, temuan ini terjadi ketika Larsson dan timya tengah membuat kembali pola pada pakaian penguburan untuk pameran Viking “Viking Couture” di Museum Enköping di Swedia.
Tulisan “Allah” dan “Ali” di pakaian Viking ditenun dengan pola Kufic geometri yang dirajut dengan benang perak di atas sutra. Awalnya Larsson mengakui kesulitan untuk membaca tulisan pada kain tenun. Ia kemudian teringat dengan desain yang terlihat pada pita sutra Spanyol dari desain Moor. Periset mengungkapkan bahwa dalam menguraikan aksara “Ali” relatif lebih mudah, sedangkan aksara “Allah” lebih rumit dan harus menggunakan cermin.

Dapat Anda lihat aksara pada bayangan cermin di atas apakah berbentuk aksara “الله”? Hurup “ha” seharus berbentuk segitiga kecil, pola itu tidak berbentuk hurup “ha” pada akhir aksara “الله”, lebih mirip hurup latin “a”.
Klaim dari Larsson ditentang keras oleh beberapa ahli, termasuk Stephennie Mulder, seorang Associate Professor Seni Islam dan Arsitektur di University of Texas di Departemen Seni dan Sejarah Austin, tidak setuju dengan klaim kain Viking Allah.
“Seluruh dunia yang terhormat. Tekstil Viking Allah sebenarnya tidak memiliki aksara Allah di atasnya. Viking memiliki hubungan dekat dengan dunia Arab. Tekstil ini?” tulis Mulder di akun Twitter.
Dear Entire World: #Viking ‘Allah’ textile actually doesn’t have Allah on it. Vikings had rich contacts w/Arab world. This textile? No. 1/60 pic.twitter.com/jpvbrrePQg— Stephennie Mulder (@stephenniem) October 16, 2017
Selain itu, mulder juga banyak mengungkapkan ketidaksetujuannya pada pakaian Viking Allah, dalam cuitan lainnya ia mengatakan bahwa ada sesuatu yang sangat meresahkan tentang hubungan antara media berita dan para ahli, siapa yang seharusnya diajak berkonsultasi untuk verifikasi.
There is something very troubling here about relationship between news media & experts, who should have been consulted for verification 3/60— Stephennie Mulder (@stephenniem) October 16, 2017
Mulder juga memberikan beberapa gambar contoh gaya aksara Kufic persegi yang umumnya ditemukan di Iran dan aksara Kufic awal pada awal abad ke-12.
It’s a style called square Kufic, and it’s common in Iran, C. Asia on architecture after 15th c., ex: Safavid Isfahan w/Allah and Ali 9/60 pic.twitter.com/pbGJNFITGk— Stephennie Mulder (@stephenniem) October 16, 2017
Earliest examples of square Kufic on architecture date to the 11th-early 12th century: Panel of Ibrahim b. Mas‘ud, ca. 1059-1099 10/60 pic.twitter.com/qGZGb4G8gP— Stephennie Mulder (@stephenniem) October 16, 2017
Klaim aksara “Ali” pada tenun Viking menyiratkan pada koneksi Syiah. “Penggunaan Ali memang menyarankan koneksi Syiah,” kata Amir De Martino, pemimpin program studi Islam di Islamic College di London dan editor sebuah majalah Syiah Inggris, kepada BBC. “Tapi tanpa ungkapan ‘wali Allah’ yang menyertai nama, ini tidak berasal dari budaya Syiah mainstream dan mungkin saja pola yang telah disalin salah dari pola yang ada.”
Nama Ali sendiri sangat dihormati dalam pandangan Sunni maupun Syiah, tetapi kedudukan Ali lebih tinggi dan mendapat tempat istimewa dalam Syiah, biasanya menyebut dengan Wali Allah. Nama Allah dan Ali banyak ditemui pada pola-pola di dalam kuburan dan kitab-kitab Syiah, seperti di Alevis dan Bektashis sampai hari ini, tapi selalu disertai dengan nama Muhammad. Aksara “Allah” tidak terbaca menggunakan cermin.

Penemuan aksara “Allah” oleh Larrson seperti dipaksakan hingga harus menggunakan cermin untuk melihatnya. Selain itu aksara Arab “Allah” dari pakaian Viking itu tidak sempurna, tidak ada hurup “ha” di akhir kata. Pola asli yang diterbitkan pada tahun 1938 oleh Agnes Geijer, tidak ada bentuk segitiga (hurup “ha”) seperti pada aksara “الله”, hanya pola berbentuk .



Kesimpulan: Klaim temuan aksara Arab “Allah” dan “Ali” pada kain tenun bangsa Viking berasal dari periset tunggal Annika Larsson. Ia hanya menyimpulkan dengan mengambil contoh dari pola lain yang berasal dari Spanyol, menyalin pola lain dengan mencocokannya. Klaim Larrson hanya berdasarkan sistem ekstrapolasi karakter yang mirip – memperkirakan suatu bentuk suatu variabel melampaui interval pengamatan aslinya berdasarkan hubungannya dengan variabel lainnya.
Ekstrapolasi rentan dengan ketidakpastian dalam menghasilkan hasil yang tidak bermakna karena mengandalkan metode asumsi yang dianggap mirip dengan objek asli, bahasa yang sekarang sedang ngetrend dikenal sebagai ‘cocoklogi’ (mencocokan dua atau lebih objek yang berbeda agar terlihat sama). Setiap klaim ilmu pengetahuan harus melibatkan ilmuwan lainnya hingga mendapatkan kesepakatan, tidak berdasarkan klaim tunggal yang rentan terjadi kesalahan.
Salam Icokes. Sekoci Hoaxes!
0 Comments